October 16, 2024
WhatsApp Image 2024-05-04 at 13.44.25_dda35f61

Kasman Sanaky

Oleh : Moh. Kasman bin Djaelani bin Kasim bin Kahar bin Ahmad Sanaky

Tulisan ini muncul dari keprihatinan dan kekhawatiran saya terhadap posisi bahasa Siri Sori sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Kita sama-sama tahu, kalau hari ini, kebanyakan kampung di Maluku telah hilang bahasanya, hanya beberapa kampung saja yang sampai saat ini masih setia menggunakan bahasa Kampung yang mereka miliki dalam kehidupan sehari hari. Sebagai anak keturunan el-Hau, kita bersyukur, karena Kampung kita Siri Sori Islam termasuk Kampung yang masih menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sehari-hari warga.

Tapi harus diakui pula, kalau belakangan penggunaan bahasa Siri Sori oleh warga Kampung, mulai jarang, terutama dikalangan anak-anak dan generasi muda. Banyaknya anak-anak yang belajar keluar kampung, entah itu ke Ambon, Makassar atau ke Pulau Jawa, termasuk salah satu faktor penyebab dilupakannya bahasa Siri Sori. Demikian pula perpindahan penduduk dari kampung keluar Kampung, termasuk faktor yang membuat Bahasa Siri Sori makin jarang kita dengar dan dipakai.

Melihat kondisi seperti ini, saya sebagai anak Negeri merasa sedih. Siapapun tidak bisa menjamin kalau bahasa ini akan tetap terjaga dan bertahan sampai kepada generasi-generasi kita selanjutnya. Ini artinya posisi bahasa Siri Sori sebagai bahasa komunikasi antar warga dalam kondisi sakit, bahkan mungkin sekarat, dan butuh penanganan cepat dan tepat agar bisa sehat. Kekhawatiran seperti ini, saya kira tidak berlebihan, karena kenyataannya seperti itu. Cepat atau lambat pasti bahasa ini akan hilang jika anak-anak dan generasi muda kita hari ini jarang menggunakannya.

Sebagai contoh. Jangan jauh-jauh. Lihat saja kepada bahasa tanah, bahasa asli leluhur yang pernah kita miliki. Apakah bahasa tanah masih ada?. Adakah sekelompok warga yang menggunakannya dalam pergaulan sehari-hari?. Siapa saja warga Siri Sori hari ini yang tahu bahasa tanah?. Bukankah bahasa tanah sudah hilang lama dan tidak lagi dipakai dalam pergaulan hidup sehari-hari?.

Sejauh pengamatan saya. Penggunaan bahasa asli, bahasa tanah, mulai terbatas pada acara-acara tertentu saja. Dipakai tatkala acara penyambutan tamu luar dan acara-acara adat lainnya. Hilangnya bahasa tanah, bahasa asli atau bahasa halus ini, bukan karena ulah orang diluar kita, tapi kita sendiri yang tidak menggunakannya dalam pergaulan hidup sehari-hari. Lalu apa upaya pemerintahan desa dan seluruh warga masyarakat, setelah melihat kenyataan seperti yang saya paparkan ini?. Apakah kita diam?. Ataukah kita ikut-ikutan mengatakan “tau apa-apa tau wo, kumutuwao yang siwaka ku bahasa”, sebagaimana orang-orang itu?. Jangan. Kita harus melakukan sesuatu tindakan untuk menyelamatkan bahasa.

Sebenarnya, usaha-usaha untuk melestarikan bahasa Siri Sori mulai ada gaungnya beberapa tahun yang lalu. Diantara usulan yang saya dengar. Ada yang mengusulkan agar menyusun kamus bahasa Siri Sori. Ide ini, sempat bergelinding dan menjadi perbincangan di kalangan anak-anak muda terutama di Masohi dan Ambon. Tapi sampai hari ini, kamus yang ditunggu-tunggu belum juga nampak batang hidungnya. Belum ada satu warga-pun yang mau menyempatkan diri untuk menyusun kamus sebagaimana usulan di atas. Mereka yang mengusulkan pentingnya kamus, beralasan. Dengan adanya kamus, bahasa Siri Sori akan awet terjaga.

Usulan lain, agar menyusun sebuah kurikulum bahasa Siri Sori, yang nantinya akan dipakai oleh guru-guru untuk diajarkan kepada anak-anak di Kampung. Mereka yang megusulkan agar dibuat kurikulum, memberi sebuah permisalan. Kata mereka, “lihatlah bahasa Jawa, bisa awet, terjaga sampai kepada anak cucu mereka, sekarang dan akan datang karena ada kurikulumnya yang diajarkan di sekolah-sekolah di pulau Jawa”. Dengan menyusun kurikulum seperti yang dilakukan pada bahasa jawa, maka bahasa Siri Sori diharapkan akan tetap dari generasi ke generasi. Saran lain. Jadikan wajib bahasa Siri Sori dikalangan warga kampung. Artinya, siapa saja yang ada di kampung hari ini, kecil besar, tua muda, laki perempuan, wajib menggunakan bahasa Siri Sori dalam pergaulan hidup sehari-hari. Sekali lagi, WAJIB BAHASA. Lalu bagaimana dengan warga Siri Sori Islam yang ada di luar Kampung, apakah sama?. Bagi yang berada di luar kampung tentu diberi sedikit keringanan. Mereka wajib menggunakan bahasa Siri Sori ketika ada acara bakumpul basudara, atau ketika ada rapat dan pertemuan-pertemuan warga Siri Sori. Kalapun ada warga Siri Sori yang aktif menggunakan bahasa Siri Sori sebagai bahasa percakapannya sehari-hari, tentu ini lebih baik.

Semua Ususlan-usulan diatas, atau yang semisalnya, sangat luar biasa bagus dan brilian. Ini menunjukkan besarnya perhatian kita semua terhadap eksistensi bahasa Siri Sori pada masa yang akan datang. Yang jelas realisasi dari usulan-usulan seperti ini lagi ditunggu-tunggu oleh warga Siri Sori di Kampung dan dimana saja. Yang paling bertanggungjawab adalah dua ormas Siri Sori, IPPMASSI (Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Siri Sori Islam), dan IKASSI (Ikatan Keluarga Siri Sori Islam) yang ada di Ambon adalah yang paling bertanggungjawab. Mengapa?. Karena di dua ormas inilah berkumpul segala kekuatan dan potensi warga Siri Sori saat ini. Insya Allah. (*)

3 thoughts on “AWAS, BAHASA SIRI SORI HILANG!

  1. Sebenarnya faktor2 penyebab bahasa bisa hilang itu juga datng dari lingkungan tempat tinggal baik dekat maupun lingkungan jauh.
    Contoh kecil,
    Negeri siri sori berbatasan langsung dengan kampung2 yg z ada bahasa, hal ini menyebabkan komunikasi bahasa Melayu dengan kampung2 sekitar berdampak pada penggunaan istilah atau dialek sehari². Berbeda dengan jasira leihitu, hatuhaha yg kampung2 tetangganya menggunakan rumpun bahasa yg sama dan secara tidak langsung kemurnian bahasa itu terjaga.

    Untuk penggunaan bahasa tanah, mungkin masih di anggap tabu dan sakral oleh org tua., padahal blm tentu juga orang tua itu bisa berbahasa tanah hanya sebagian kecil.
    Maka di pandang perlu bahasa daerah dan bahasa tanah harusnya di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
    Minimal kata hubung, sapaan, kata kerja dan sifat.,

    Sebagai contoh, Kaka, Abang, (UA, kata ini sudah tidak pernah kedengaran dan kadang di jumpai menggunakan kata wa ‘u )

    Sudah ( Pela serapannya pea)
    Deng ( tula serapannya tua)
    Ose ( yale serapannya Ade )
    Dan masih banyak lagi. Penggunaan kata2 itu sebenarnya masih mengunakan bahasa tanah tapi lambat laun bahasa aslinya pudar. 🙏🙏🙏

  2. Sebenarnya faktor2 penyebab bahasa bisa hilang itu juga datng dari lingkungan tempat tinggal baik dekat maupun lingkungan jauh.
    Contoh kecil,
    Negeri siri sori berbatasan langsung dengan kampung2 yg z ada bahasa, hal ini menyebabkan komunikasi bahasa Melayu dengan kampung2 sekitar berdampak pada penggunaan istilah atau dialek sehari². Berbeda dengan jasira leihitu, hatuhaha yg kampung2 tetangganya menggunakan rumpun bahasa yg sama dan secara tidak langsung kemurnian bahasa itu terjaga.

    Untuk penggunaan bahasa tanah, mungkin masih di anggap tabu dan sakral oleh org tua., padahal blm tentu juga orang tua itu bisa berbahasa tanah hanya sebagian kecil.
    Maka di pandang perlu bahasa daerah dan bahasa tanah harusnya di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
    Minimal kata hubung, sapaan, kata kerja dan sifat.,

    Sebagai contoh, Kaka, Abang, (UA, kata ini sudah tidak pernah kedengaran dan kadang di jumpai menggunakan kata wa ‘u )

    Sudah ( Pela serapannya pea)
    Deng ( tula serapannya tua)
    Ose ( yale serapannya Ade )
    Dan masih banyak lagi. Penggunaan kata2 itu sebenarnya masih mengunakan bahasa tanah tapi lambat laun bahasa aslinya pudar. 🙏🙏🙏

  3. Epannuhu Abang Kasman, tapi Abang opsara tua mu anao opake bahasa ke tau? Terkait bahasa harusnya se dumalo lalonno mono mihetu tua miyanao mono mi pake bahasa ni, etti ho amanno na elai he huaponno mi mama malayo tuwasi. Alhasil generasi etti elauna tau sikekewa bahasa 🙏

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *